Modul Sejarah Manajemen

 

Manajemen Awal

            Bangunan-bangunan piramida di Mesir dan Tembok Raksasa di China merupakan bukti nyata yang menunjukkan proyek-proyek mega yang dilakukan oleh manusia beberapa tahun yang lalu. Lalu, siapakah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dibangunnya bangunan tersebut? Jawabannya adalah manajer. Dalam membangun keajaiban dunia tersebut dibutuhkan orang yang merencanakan pekerjaan, mengorganisasikan orang-orang dan bahan baku, memastikan para pekerja menyelesaikan pekerjaannya, dan menerapkan suatu kendali untuk memastikan segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana.

            Pada 1776, Adam Smith menerbitkan karyanya yang berjudul The Wealth of Nations, di mana dalam tulisan tersebut ia menggagas keunggulan yang dapat diperoleh organisasi maupun masyarakat pada umumnya dari penerapan pembagian kerja(spesialiasi kerja). Pembagian kerja (division of labor) merupakan pemisah-misahan pekerjaan menjadi tugas-tugas yang beruang-lingkup sempit dan dilakukan berulang-ulang.

PENDEKATAN KLASIK

            Kajian awal manajemen dikenal dengan pendekatan klasik. Pendekatan klasik merupakan studi-studi formal awal tentang manajemen, yang berfokus pada rasionalitas dan menjadikan organisasi dan pekerja berfungsi seefisien mungkin.

1.     Manajemen ilmiah (scientific management) adalah sebuah pendekatan manajemen yang menerapkan metode-metode ilmiah dalam rangka menemukan “satu cara terbaik” untuk melakukan sebuah pekerjaan.

Prinsip-prinsip Manajemen Ilmiah Taylor:

a.     Mengembangkan sebuah pendekatan ilmiah untuk tiap unsur-unsur dalam sebuah pekerjaan untuk menggantikan metode lama yang didasarkan pada kebiasaan.

b.     Secara ilmiah memilih pekerja yang paling tepat, dan kemudian melatih, mendidik, dan membina pekerja tersebut.

c.     Membagi beban kerja dan tanggung jawab secara hampir merata di antara manajemen dan para pekerja. Para manajer harus mengerjakan tugas-tigas yang memang lebih cocok untuk dikerjakan oleh pihak manajemen perusahaan.

Dalam mengoptimalkan kinerja pelaksaan pekerjaan, terdapat berbagai temuan-temuan dan inovasi yang dikembangkan oleh para ahli. Contohnya adalah Pasangan Gilbreth yang membuat therbligs. Therbligs ini merupakan skema klasifikasi untuk menandai 17 gerakan tangan dasar. Skema klarifikasi ini memungkinkan untuk menganalisis secara lebih presisi pergerakan tangan seorang pekerja.

Aturan dan teknik kerja Taylor dan padangan Gilbreth untuk meningkatkan efisiensi produksi masih digunakan di berbagai organisasi hingga saat ini. Aturan tersebut banyak digunakan oleh manajer ketika menganalisis tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam suatu pekerjaan, menggunakan hasil-hasil kajian waktu dan gerakan untuk menghilangkan berbagai gerakan sia-sia dalam sebuah pekerjaan, mempekerjakan orang-orang dengan kualifikasi terbaik untuk pekerjaan yang bersangkutan, atau merancang sistem insentif berdasarkan output kerja.

2.     Teori Administrasi Umum, lebih menitikberatkan apa yang dikerjakan seorang manajer dan praktik-praktik manajemen yang baik. Fayol mengembangkan 14 prinsip manajemen yang merupakan aturan-aturan pokok manajemen yang dapat diterapkan di segala bentuk organisasi dan dapat diajarkan di sekolah-sekolah. Aturan-aturan ini memuat garis besar manajemen di berbagai bidang. Pada awal 1900-an, Max Weber menggagas dan mengembangkan sebuah teori mengenai struktur otoritas dan hubungan-hubungan berdasarkan sebuah model organisasi ideal, yang dinamakannya birokrasi- suatu bentuk organisasi yang dicirikan oleh adanya pembagian kerja yang jelas, hierarki kepemimpinan yang tegas, arahan-arahan dan aturan-aturan yang lugas, serta hubungan antarindividu yang tidak bersifat pribadi.

14 Prinsip Manajemen Fayol :

1.     Pembagian kerja. Spesialisasi bidang kerja akan meningkatkan output karena memampukan para karyawan bekerja lebih efisien.

2.     Kewenangan. Para manajer harus mampu memberikan perintah dan kewenangan merupakan dasar yang memampukan mereka melakukannya.

3.     Disiplin. Para karyawan harus mematuhi dan menghormati aturan-aturan yang berlaku di organisasi.

4.     Kesatuan perintah. Setiap pekerja harus menerima perintah dari hanya satu orang atasan saja.

5.     Penundukan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum. Kepentingan-kepentingan seorang karyawan atau sekelompok karyawan semata tidak boleh mendahului, atau diletakkan di atas kepentingan organisasi secara keseluruhan.

6.     Kesatuan arahan. Organisasi harus memiliki sebuah rencana kerja yang berlaku seragam dan yang dapat dijadikan panduan bagi para manajer dan semua pekerja.

7.     Remunerasi (imbalan jasa). Para pekerja harus memperoleh upah yang adil untuk jasa (kerja) yang telah mereka berikan.

8.     Pemusatan (sentralisasi). Istilah ini merujuk pada seberapa jauh para bawahan dapat terlibat di dalam pengambilan keputusan.

9.     Keteraturan. Orang-orang dan barang-barang harus berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat pula.

10.  Rantai skalar. Garis kewenangan dari manajemen puncak hingga para pekerja di jenjang terbawah organisasi merupakan sebuah rantai skalar (rantai komando).

11.  Keselayakan (ekuitas). Para manajer harus bersikap secara pantas dan adil kepada para bawahannya.

12.  Kestabilan posisi dan jabatan karyawan. Manajemen harus merancang penempatan karyawan yang tertib dan teratur, serta memastikan tersedianya para pengganti yang layak bila timbul kekosongan posisi/jabatan.

13.  Inisiatif. Para karyawan diizinkan untuk membuat dan melaksanakan rencana-rencana kerja harus mencurahkan segala daya upayanya untuk memastikan keberhasilan rencana-rencana tersebut.

14.  Esprir de corps (semangat korps atau semangat kekeluargaan). Menumbuhkembangkan semangat kebersamaan akan membangun keselarasan dan persatuan dalam organisasi.

Pada era dewasa ini, 14 prinsip manajemen Fayol dijadikan kerangka acuan sebagai pengembangan konsep manajemen modern, contohnya otoritas manajerial, pengambilan keputusan secara terpusat, pertanggungjawaban hanya kepada satu atasan, dan sebagainya. Sementara itu, birokrasi yang dicetuskan oleh Max Weber dianggap menghambat kreativitas individu dan membatasi kemampuan organisasi untuk bereaksi secara cepat dalam mengikuti dinamika perubahan dunia bisnis. Namun, beberapa perusahaan tetap membutuhkan birokrasi untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan secara efisien dan efektif.

PENDEKATAN PERILAKU

            Perilaku organisasi (organizational behavior, OB) adalah sebuah bidang kajian ilmiah yang menelaah tindakan-tindakan (perilaku) orang yang bekerja di sebuah organisasi. Kontribusi terpenting di bidang OB diberikan oleh kajian-kajian Hawthorne, yaitu serangkaian studi yang dilakukan dan dijalankan oleh ppara insinyur di Western Electric Company Works di kota Cicero, Illinois, AS. Kajian-kajian ini dimulai pada tahun 1924 dimana pada awalnya kajian tersebut dirancang sebagai sebuah eksperimen manajemen ilmiah. Mereka berminat mengetahui pengaruh intensitas penerangan (cahaya) yang berbeda-beda pada produktivitas pekerja.

PENDEKATAN KUANTITATIF

            Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan teknik-teknik kuantitatif untuk membantu proses pengambilan keputusan. Pendekatan kuantitatif lahir dan berkembang dari solusi-solusi matematika dan statistika yang diciptakan untuk memecahkan masalah-masalah militer dalam Perang Dunia II. Manajemen mutu total (total quality management, TOM) adalah sebuah falsafalah manajemen yang sepenuhnya berfokus pada upaya-upaya perbaikan secara terus-menerus dan kemampuan menjawab dengan cepat berbagai kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan ini diisyaratkan sebagai siapa saja yang berinteraksi dengan produk dan layanan organisasi.

           

Apa yang disebut Manajemen Mutu?

1.     Fokus penuh pada pelanggan.

2.     Keinginan untuk melaksanakan perbaikan berkesinambungan.

3.     Berfokus pada proses.

4.     Perbaikan mutu dalam segala hal yang dijalankan organisasi.

5.     Pengukuran yang akurat.

6.     Pemberdayaan karyawan.

PENDEKATAN KONTEMPORER

            Sebuah sistem adalah sekumpulan bagian yang saling terkait dan saling bergantung antara satu sama lainnya, yang ditata sedemikian rupa hingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. Dua tipe dasar sistem adalah sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup tidak dipengaruhi dan tidak pula berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, sistem terbuka dipengaruhi dan berinteraksi dengan lingkungan tempatnya berada. Pendekatan sistem mengakui bahwa, terlepas dari seefisien apa pun departemen produksi bekerja, departemen pemasaran harus mengimbanginya dengan kemampuan membaca dan mengantisipasi perubahan-perubahan selera konsumen dan mampu bekerja sama dengan departemen produksi untuk menciptakan produk-produk yang dikehendaki oleh konsumen. Bila tidak, maka kinerja organisasi secara keseluruhan akan rusak.

            Pendekatan sistem juga mengisyaratkan bahwa keputusan dan tindakan di salah satu bidang organisasi akan memengaruhi bidang-bidang lainnya. Pendekatan sistem mengakui bahwa organisasi tidak sepenuhnya mandiri dan tidak dapat mencukupi biayanya sendiri. Organisasi bergantung pada lingkungannya untuk memperoleh input yang dibutuhkannya dan untuk menyerap hasil output yang dihasilkannya. Situasi yang berbeda-beda dan cepat berubah mengharuskan manajer menggunakan beragam pendekatan dan teknik. Pendekatan kontinjensi (contingency approach) adalah sebuah pendekatan manajemen yang menyatakan bahwa setiap organisasi bersifat unik, menghadapi situasi-situasi yang berlainan (kontinjensi), dan membutuhkan cara pengelolaan yang berbeda-beda. Variabel-variabel kontinjensi yang populer adalah sebagai berikut:

  1. Ukuran organisasi
  2. Teknologi untuk pekerjaan-pekerjaan rutin
  3. Ketidakpastian lingkungan
  4. Perbedaan-perbedaan individu

Komentar

Postingan Populer